Cerpen KU MELUKIS LUKA DI HATIMU



MAAF!
KU MELUKIS LUKA DI HATIMU

            Rasa bahagia selalu dirasakan Carel. Gadis imut tapi sangat sederhana. Tapi tak lagi disaat dia keluar dari rumahnya dan kini dia tinggal di sebuah asrama dikota Ngawi. Tepatnya di desa Beran,
asrama itu terjaga setiap detik, menit, dan jam.
Carel bersekolah di SMK ternama yaitu SMK Negeri 2 Ngawi. Carel berangkat menaiki sepeda, walaupun sepeda itu butut, tapi Carel merasa bangga. Jarang-jarang dia mau menaiki atau mempunyai barang-barang butut plus jadul. Cause biasanya dari kecil dia always pake barang-barang modern. Tapi kini dia telah sadar segala sesuatu yang kini dia miliki harus disyukuri.
              Carel tinggal di asrama bukan karena yatim or piatu, but...dia ingin berubah jadi cewek sholihah. Because dulu semasa SMP dia nakalnya nggak ketulungan, dia ikut PUNK yang super berandalan, tapi sekarang alhamdulillah dia sudah insyaf. Meskipun belum sepenuhnya.
            Jam menunjukkan pukul 06:25 ketika Carel berjalan ke ruang depan untuk berpamitan dengan Ibu asrama. Setelah selesai berpamitan, Carel mengelap sepedanya dan dia berangkat ke sekolah bersama temannya Gaby.
            Sekitar 15 menit Carel dan temannya telah tiba di tempat parkir yang jaraknya cukup jauh dari tempat mereka menuntut ilmu. Mereka berjalan melalui jalan yang sudah cukup ramai dengan teman-teman mereka satu sekolah. Carel mendengar suara motor mendekatinya, ia menoleh dan ternyata seorang cowok dengan motor VIXION kuning berlalu menyapa Carel, “ayo Kak.....!!”. carel hanya tersenyum, dia sudah tau bahwa cowok itu adalah adik kelasnya yang digosipkan suka sama dirinya. Namanya Chandra.
            “Cie....ehm...ehm....vixion kuning lewat”, goda Gaby.
Carel hanya tersenyum malu menunduk menyembunyikan pipinya yang memerah. “Jangan gitu donk ...malu nih gue..”. tentunya Carel malu, ia berusaha menyembunyikan perasaannya dari teman terdekatnya itu. Carel selalu mengelak kalau dia juga mempunyai perasaan yang sama dengan pria bernama Chandra yang berstatus sebagai adik kelasnya.
Ia ingat dulu Chandra pernah menyatakan perasaannya kepada Carel. Bahkan Chandra dengan beraninya meminta Carel untuk jadi pacarnya. Tapi sayang Carel menolak ketulusan Chandra dengan lembut.
Sebenarnya Carel sudah menyukai cowok lain. Setidaknya dia bukanlah adik kelas seperti Chandra, melainkan sederajat dengannya, kelas XII. Carel menyukainya sejak ia berada di kelas XI SMK. Waktu yang cukup lama untuk menyimpan perasaannya ke cowok yang bernama Yoko. Cowok manis, unyu-unyu, berbulu mata lentik, berkumis tipis n’ klimiz, serta putih itu telah membuat Carel menolak semua cowok yang ingin menjadikannya pacar. Sayang sekali, cowok yang bernama Yoko itu terkenal dengan sifat dingin, angkuh, n’ super cuek terhadap cewek.
Pelajaran pertama dimulai. Pak Sartono menerangkan satu per satu kosa kata yang artinya sama sekali tidak diketahui oleh teman-temannya termasuk Carel sendiri. Carel tidak begitu serius mengikuti pelajaran di sekolahnya, kecuali ketika pelajaran menggambar, dialah yang paling bersemangat.
“teng..teng..teng”, bunyi lonceng mengantarkan semua murid berhamburan dari kelas masing-masing. Tak terkecuali Carel dan temannya.
“Thos,,ikut gue yuk!!”, ajak Carel kepada temannya yang bernama Ichitos.
“Kemana, Rel??”.
“Cari sarapan kedua, laper banget nich.. ayo cepetan,, keburu ramai kantinnya”, jelas Carel pada gadis berambut panjang itu.
“Iya, iya bawel.. bentar gue ambil uang dulu”.
“Ayo cepetan donk..!”, bentak Carel.
Carel dan Ichithos berjalan menuju kantin melewati kelas XII otomoif. Empat orang cowok memperhatikan Carel ketika mereka melewati kelas itu. Siapa lagi kalau bukan genk ‘Suju’ alias genk super jutek. Tak lama Carel tiba di kantin sekolah yang sudah mulai ramai oleh para siswa sekolah itu.
“Bu, makan dua ya..!”, pinta Carel.
“Ya, mbak Carel”, jawab si Ibu kantin.
Makanan datang ketika Carel dan Ichithos sedang asyik mengobrol. Tanpa basa-basi mereka langsung melahap makanannya .
“Hai,, Carel..”, segerombolan cowok yang memperhatikan mereka tadi menghampiri Carel yang sedang melahap makanannya. Dialah Ralphie, cowok yang pernah bikin gara-gara dengan Carel. Suaranya tak membuat Carel menengok kearahnya sedikitpun. Berulang kali Ralphie memanggil Carel, namun Carel tetap menghadap makanannya tanpa melihat Ralphie. Hal itu membuat Ralphie marah.
“Budek ya, Loe!! Disapa nggak dijawab.. apa loe tuli n’ mata loe buta kali ya?”, bentak Ralphie.
Carel hanya diam saja, ia sadar seluruh isi kantin memperhatikan tempat Carel berada. Ia sudah mulai tak tahan dengan ucapan Ralphie, “Ada apa sich, Loe??? Asal loe tau aja ya, kuping gue normal dan satu lagi, mata gue nggak buta. Atau mungkin hati loe itu yang buta?? Atau otak loe terlalu penuh dengan hal-hal nggak beres?? Loe belum puas nyakitin gue?? Haaahh? Kalo belum, maaf gue nggak punya kesempatan buat loe untuk nyakitin gue ke-2 kalinya, denger itu!!”, jelas Carel.
Tak ada suara terdengar, kantin yang semula ramai dengan para siswa, sekarang lenyap dan tinggal 6 orang terlihat bersama Carel. Bahkan Ralphie yang tadi sempat membentak Carel juga ikut terdiam.
“Eh,, tunggu dulu, emangnya loe pernah disakitin sama Ralphie ya?”, suara Yoko memecah keheningan.
“Diem dech bacot loe..!!!”, Ralphie membentak Yoko.
“Udah dech,, mendingan kalian berempat cabut dari sini! Muak gue lihat kalian! Gue juga mau lanjutin makan gue, cepetan! Keburu nafsu makan gue hilang nih”, Carel mencoba mengusir genk ‘Suju’ itu. Akhirnya merekapun pergi dan kini suasana kembali santai kembali. Syukur dech,,
Bel masuk berdering ketika Carel masih berada di dalam kamar mandi namun tidak lagi bersama Ichithos. Tangan Carel ditarik oleh Yoko ketika ia baru keluar dari kamar mandi. Carel terkejut bercampur gugup ketika ia sadar cowok yang menariknya adalah Yoko, cowok yang telah menaklukkan hatinya. Tapi sayang, dia tetaplah anggota genk ‘Suju’, anak buah Ralphie tentunya.
“Ngap,,ngapain loe narik-narik tangan gue??”.
“Gue Cuma mau tanya doank kok”, Yoko memasang wajah memelas sambil menggaruk  kepalanya.
“Emank loe mau tanya apa?? Kalo nggak penting, gue males. Lagian udah masuk”.
“Gini, emang Ralphie pernah nyakitin loe ya? Kok kayaknya kalian berdua nggak akur sama sekali”.
“Emang loe nggak tau ya? Bukannya kalian itu satu genk?”.
“Iya, sich. Tapi kalo masalah ini gue nggak pernah tau.”
“Gampang, ntar istirahat BBI aja gue ceritanya. Tunggu gue di masjid ya! Gue mau ke kelas dulu, gue takut Bu Evi udah di kelas, ok?”.
“Yahh, Ok dech. Tapi janji ya?”, Yoko memastikan.
“Janji..”, Carel menjawab sembari berlari meninggalkan Yoko.
Bu Evi sudah berada di kelas sekitar 15 menit yang lalu. Carel terlambat, ia memberanikan diri mengetuk pintu kelasnya, “Permisi, Bu! Maaf terlambat, tadi masih di kamar mandi”, Carel mencoba beralasan.
“Ya, silakan duduk! Kebanyakan alasan kamu itu”, Bu Evi kembali memojokkan Carel.
Pelajaran berlalu. Kepala Carel terasa berat, ia memikirkan Ralphie, cowok yang telah menyakitinya. Ia tak tau mengapa Ralphie begitu tega menyakiti Carel. Ralphie telah meninggalkan bekas luka yang cukup dalam di hati Carel. Tak terasa lamunan Carel mengantarnya pada bel pulang sekolah. Semua siswa sekolah itu meninggalkan ruangan kelas. Namun tidak untuk siswa kelas XII yang masih harus mengikuti pelajaran tambahan atau BBI.
Carel duduk di meja kelasnya menghadap ke arah masjid SMK. Ia melihat Yoko duduk di teras masjid, terlihat ia sedang menunggu seseorang.
“Astaga...! gue punya janji sama Yoko”, Carel langsung berdiri melangkahkan kaki menuju masjid. Ia hampir lupa akan janjinya dengan Yoko waktu istirahat BBI.
“Hai, Yok! Sorry dah bikin loe nunggu”, sapaan Carel membuat Yoko terkejut.
“Eh, eh, iya nggak apa-apa kok, Rel! Ayo duduk sini! Loe kan tadi janji mau cerita”, Yoko tak sabar.
“Iya-iya, sabar!”, Carel menghela napas yang cukup panjang, ia takut akan menangis lagi apabila mengingat kelakuan Ralphie yang telah membuatnya sakit hati.
“Emm, jadi gini low”, Carel melanjutkan, “Sebenernya gue itu mantan pacar Ralphie. Gue jadian sama dia Cuma berlangsung 3 bulan. Tapi setelah kita berjanji buat saling setia, dia khianatin janji itu, Yok! Ralphie nyakitin gue! Dia nggak tau gimana sakit hatinya hati gue. Sakit banget, Yok! Dia mutusin gue tanpa alasan yang jelas, dia selalu ngelak tiap gue tanya kenapa dia mutusin gue”, nada Carel meninggi, tapi ia tetap berusaha menyembunyikan kesedihannya.
“Yang bikin gue kaget lagi, Ralphie itu mutusin gue cuma gara-gara cewek kecantikan, namanya Rullye. Loe tau kan, Yok? Gimana sakitnya hati gue? Waktu itu gue udah niat buat bunuh diri, gue udah nggak tau lagi mau ngapain. Pikiran gue buntu, gue sakit hati banget, Yok. Tapi setelah gue pikir-pikir, cowok tuh nggak cuma satu doank. Gue nggak harus mati gara-gara cowok kurang ajar kayak Ralphie. Gue bakal buktiin ke dia kalo gue bisa dapetin cowok yang jauh lebih baik dari dia”, Carel menunduk, dia tak ingin Yoko melihat matanya yang berkaca.
“Yok, gue udah niat buat lupain Ralphie, lagipula masih ada cowok yang lebih perfect daripada dia, n’ gue berharap cowok yang gue suka sekarang nggak kurang ajar kayak Ralphie”.
Keduanya terdiam, Carel dan Yoko hanyut dalam pikiran masing-masing. “Syukurlah kalo udah ada cowok yang bikin loe lupain Ralphie, emmm, kalo boleh tau, cowok tu siapa, Rel?”, mata Yoko menyelidik mencari jawaban dari Carel, wajahnya menunjukkan kecemburuannya yang tak bisa ia tutupi, “Sorry, gue lancang”.
“Nggak apa-apa kok, Yok! Sebenernya cowok itu sekarang lagi deket banget sama gue, tapi gue nggak tau apa dia juga suka ama gue”.
Yoko terdiam sejenak, ia memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan, “Rel...”, Yoko memberanikan diri berkata pada Carel.
“Iya, Yok”.
“Gue salut ama loe! Gue terharu denger ketulusan loe ke Ralphie. Nggak seharusnya cewek kayak loe disakitin. Rel, sebenernya gue suka ama loe. Udah lama gue pengen jadi pacar loe, tapi loe mau nggak jadi pacar gue?”.
Yoko, cowok yang selama ini disukai sama Carel menyatakan cintanya kepada Carel, hari itu tepat di masjid SMK Negeri 2 Ngawi mereka resmi berstatus sebagai pasangan kekasih.
Tujuan utama  Carel menerima Yoko hanya untuk balas dendam terhadap Ralphie dan melupakan sakit hatinya pada Ralphie, namun dia kembali berpikir, kalau dia tidak bisa balas dendam, Yoko pun tetap kekasihnya. Karena Yoko adalah cowok yang dia idamkan sejak kelas XI.
Satu minggu berjalan, hubungan mereka baik-baik saja, tapi ada kejanggalan yang dirasakan Yoko terhadap Carel, Carel mencoba bercerita pada teman satu genknya, genk ‘Suju’.
“Brow, gue kan udah satu minggu jadia ma Carel, tapi kenapa gue nggak pernah ngrasain ungkapan cintanya Carel ya?”.
“Yah, loe itu yang terlalu bodoh, goblok! Bisa aja kan dia cuma manfaatin loe doank, agar dia bisa balas dendam ama Ralphie? Gimana sih loe? Mikir donk!”, dugaan Setya sama sekali tak meleset.
“Iya juga sich, tapi bodo ah! Nggak mungkin Carel nglakuin itu”, Yoko tetap tak mau percaya.
“Terserah loe aja lah Ko!”, Setya menyerah.
Hari demi hari terlewati, Carel dan Yoko masih berstatus sebagai pasangan, tapi Carel tetap bersikeras dengan niatnya semula, balas dendam terhadap Ralphie.
Carel berjalan menuju kantin saat bel istirahat berdering, dia melihat genk ‘Suju’ duduk di antara kerumunan siswa. Carel pikir inilah saatnya dia balas dendam terhadap Ralphie. Carel ingin membuat Yoko shock dan sakit hati. Ia berjalan menuju tempat dimana genk itu berada. Ia tak peduli walaupun disitu banyak siswa dan guru.
“Yok, gue mau ngomong ama loe!”.
“Ngomong apa, Say? Di sini aja! Penting nggak?”, tanya Yoko penasaran.
“Mau ngapain loe? Nggak usah ngajakin ribut ya! Gue males punya masalah lagi ama loe!”, bentak Harya, salah satu anggota genk ‘Suju’.
“Diem loe! Gue Cuma ada keperluan ama Yoko. Gue Cuma mau bilang ke loe, Yok! Gue minta loe jangan pernah hubungin gue lagi, jangan pernah temuin gue lagi! Gue minta putus sekarang! Detik ini!”, terang Carel.
“Mak..maksud loe apa, Rel?”, Yoko tak percaya dengan apa yang dikatakan Carel, wajahnya nampak bingung tak mengerti omongan Carel barusan.
“Iya, gue minta putus ! DETIK ini juga! Gue terpaksa nerima loe, gue Cuma pengen balas dendam! Puas loe?”, Carel berusaha menutupi kekecewaan hatinya, dia kecewa harus melepaskan Yoko lagi.
“Sialan loe! Gue benci sama loe, Rel! Gue benci ama loe!”, Yoko dipermalukan di depan umum oleh Carel, “Semua ini gara-gara loe Ralphie! Gue benci loe semua! Jangan pernah deketin gue lagi! Sekarang gue nggak mau lagi urusan sama kalian. Bangsat kalian, Fuck!”, Yoko meninggalkan seluruh isi kantin yang sedang memperhatikan dirinya.
Kejadian itu membuat luka Yoko sekaligus Carel sendiri, Carel tau bahwa dia harus melepaskan Yoko, namun itulah keputusannya. Semuanya telah terlanjur. Sekarang Ralphie, Setya, dan Harya tak pernah mendekati Yoko. Carel hanya ingin cowok merasakan betapa sakitnya dikhianati seperti apa yang dia rasakan dulu bersama Ralphie.
Maafkan ku melukis luka
Membuatmu bersedih, mengundang airmata
Cinta, tak mengapa kau marah
Tapi satu ku pinta jangan kau usaikan kita
Lagu itu menemani Yoko mengiringi sakit hatinya. Ia benar-benar merasa dikhianati Carel.
Carel. Tega banget loe ma gue? Loe jahat ama gue, gue nggak nyangka loe Cuma mainin gue. Apa loe nggak tau kalo gue cinta banget ama loe, gue tulus Rel, gue juga berharap dapatin ketulusan cinta loe yang dulu pernah Ralphie rasain, tepi loe tega Rel! Loe tega!
Carel hanya bisa menangis menerima kenyataan dia melepaskan orang yang disayanginya lagi.
Maafkan gue Yoko, gue sama sekali nggak bermaksud bikin loe sakit hati. Cukup kenang gue, loe tetep anugerah terindah buat gue. Maaf gue melukis luka di hati loe, maaff!!!

THE END



Post a Comment

0 Comments